Friday, October 18, 2013

Kereta dan Dirimu

Keretaku berangkat 15 menit lagi. Namun aku masih di sini. Calon penumpang lain berhubel di depan petugas, mengantri untuk pemeriksaan tiket. Dan aku masih berdiri jauh dari kerumunan itu. Ada sosokmu di sampingku, menggamit tangan yang dingin ini. Aku benci meninggalkanmu seperti ini. Aku juga tidak suka perturan baru mengenai larangan mengantar hingga ke peron, sehingga kita bisa berpisah di sana. Tapi sepertinya, peraturan membuat semuanya lebih manusiawi. Kita jadi tidak melihat perpisahan sedekat itu. 
"Keretamu berangkat sebentar lagi." bisikmu, sedikit merenggangkan genggaman yang lalu kutolak. Aku justru menggenggammu makin erat. "Kita akan bertemu lagi." bisikmu lagi. Kata-kata itu sudah kau ucapkan puluhan kali, pada kesempatan yang sama, dan aku masih juga belum terbiasa. Perpisahan, walaupun hanya sementara, tetap saja menyakitkan. 
Kamu meyakinkanku untuk melepas genggaman ini. Kali ini, aku tak bisa menolaknya. Aku diburu waktu dan dalam waktuku yang sangat sempit ini, kusempatkan untuk menarikmu ke dalam pelukan dan kubisikkan sesuatu.
"Suatu hari, kita akan berada dalam satu kereta untuk sebuah perjalanan yang panjang. Kau akan menunjuk pepohonan besar di luar sana dan kita akan tertawa bersama. Kita akan terus bercerita, sampai akhirnya lelah dan kita mendengarkan musik masing-masing. Setelah itu, aku akan terlelap dalam sisa perjalanan... di bahumu." 
Aku membelai lembut punggungmu sebelum melepas pelukan ini dan kau tertawa begitu kata-kataku selesai.
"Aku percaya kita akan memiliki hari itu." katamu, dengan seulas senyum di akhir kalimat itu. Aku menyeret koper dan menghampiri petugas untuk memeriksa tiket. Begitu masuk, kusempatkan kembali melihatmu yang tersenyum melamabaikan tangan kepadaku. Bibirmu mengeja 'Aku menunggu' yang membuatku tersenyum kala aku akhirnya naik kereta itu.

Ditulis dalam perjalanan Solo-Yogyakarta pada Jumat, 18 Oktober 2013, tanpa 'dirimu'.

Friday, April 26, 2013

Robin van Persie dan Manchester United: Simbiosis Mutualisme Terbaik Saat Ini


Dalam dunia sains, kita mengenal simbiosis. Sejak sekolah dasar, materini sudah diajarkan. Simbiosis terbagi menjadi 3, yaitu mutualisme, parasitisme, dan komensalisme. Simbiosis mutualisme adalah yang paling sering dibahas. Sebagai contoh, simbiosis ini terjadi pada hubungan antara kupu-kupu dan bunga. Lebih jelasnya, kupu-kupu menghisap nekhtar pada bunga, sehingga bunga pun terbantu penyerbukannya. Dalam dunia sepakbola, hubungan saling menguntungkan ini bisa juga ditemukan. Contoh terbarunya, Robin van Persie dan Manchester United. 
United baru saja mengukuhkan diri sebagai juara Liga Premier Inggris musim 2012/2013. Gelar ke-20 tersebut  dipastikan berkat kemenangan 3-0 atas Aston Villa, dimana van Persie memborong ketiga golnya. Kedatangan pria asal Belanda itu memang membawa dampak yang besar bagi permainan Setan Merah. Meski stok lini depan sudah meilmpah, nsmun mereka dinilai kurang subur.Kegagalan dari Manchester City akibat selisih gol ditambah hasil pre-season yang minim gol akhirnya membuat Sir Alex merekrut top skor musim llau tersebut. Van Persie pun akhirnya meninggalkan klub yang ia bela selama 8 tahun, Arsenal, dengan harga 24 juta pound.
Kepergian van Persie jelas menuai banyak kecaman dari fans Arsenal. Namun ia tetap keukeuh tak memperpanjang kontrak dan akhirnya pergi. Sejumlah klub mulai dikaitkan dengan dirinya, termasuk klub kaya Manchester City yang siap memberinya gaji besar. Namun bukanlah gaji yang dicari seorang Robin van Persie. Dia pergi karena kerinduannya akan gelar juara. Untuk itulah dia memilih Manchester United, klub yang selalu haus gelar dan dinilai paling berpotensi meraihnya.
Di sinilah simbiosis mutualisme itu bermula. United seolah bunga yang memiliki nekhtar berlimpah, namun belum ada kupu-kupu yang cukup tangguh untuk menghisapnya. Namun akhirnya, seekor kupu-kupu yang cukup tangguh itu muncul dan melakukan semua itu. Kupu-kupu ini ada dalam diri Robin van Persie. Selama ini, kupu-kupu itu hinggap di bunga yang kurang bagus. Sehingga setangguh apapun dia, bunga itu tetaplah biasa-biasa saja. Akhirnya, ia berpindah ke bunga lain yang kebetulan sedang mencari kupu-kupu yang tepat. Di situlah kupu-kupu dan bunga itu mendapatkan apa yang mereka sama-sama inginkan. 
United mendapatkan bomber unggulan, yang membuat mereka menjadi tim yang mencetak gol paling banyak di liga. Dan Robin van Persie, setelah 9 tahun menunggu, ia akhirnya mencicipi manisnya nekhtar dalam bentuk trofi Liga Inggris. Tak berlebihan jika Fergie menyebutnya sebagai pelengkap puzzel layaknya Eric Cantona. Kontribusi van Persie memang memberikan dampak signifikan di skuad United. Semua fans jelas berharap, simbiosis mutualisme ini akan terus berlanjut dan menghasilkan trofi-trofi yang lebih banyak.